SBY Pimpin Sendiri Pemberantasan Korupsi
JAKARTA-Lima jam setelah dilantik, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Rabu (20/10) sore, menyampaikan pidato kenegaraannya yang pertama di Istana Negara. Pidato kenegaraan itu disampaikan sebagai apresiasi sekaligus ajakan pemerintahan baru yang dipimpinnya kepada seluruh rakyat Indonesia untuk bersama-sama menghadapi persoalan bangsa.
Dia juga berjanji kepada seluruh rakyat Indonesia untuk membentuk pemerintahan yang bersih dan baik, good governance, dan tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi masyarakat. "Namun saya mengingatkan, segala persoalan yang rumit dan kompleks ini tidak mungkin diselesaikan hanya dalam waktu 100 hari. Tidak semudah membalik telapak tangan.
Tetapi saya yakin, tekad dan iktikad baik kita jauh lebih unggul dari permasalahan yang kita hadapi. Di sini watak dan ketangguhan kita sebagai bangsa sedang diuji," tegasnya.
Dalam pidato tertulis yang disampaikan mulai pukul 15.10 itu, SBY didampingi Wapres Jusuf Kalla, pejabat teras di lingkungan Istana, dan orang-orang dekatnya seperti juru bicara Presiden, Andi Mallarangeng, Deny JA, Dino Patti Djalal, M Luthfi, dan Usamah Hisyam.
SBY mengaku, sebenarnya pidato itu dipersiapkan untuk disampaikan saat dia dan Kalla dilantik di Gedung MPR. "Tetapi saya menghormati tata tertib bahwa dalam acara pelantikan tidak dilaksanakan pidato atau sambutan Presiden RI," katanya.
Mengawali pidatonya yang ditujukan kepada rakyat Indonesia, SBY menyatakan rasa syukurnya bahwa dia dan Kalla baru saja dilantik sebagai Presiden dan Wapres RI periode 2004-2009. Pelantikan itu menandai tampilnya pemerintahan baru yang mendapat mandat langsung dari rakyat. Karena itu, SBY mengucapkan terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada seluruh rakyat Indonesia atas partisipasi, dukungan, dan kepercayaannya.
Menjaga Hubungan
"Perkenankan pula saya atas nama pribadi dan Wapres Jusuf Kalla, dan atas nama bangsa Indonesia menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada Ibu Megawati Soekarnoputri dan Bapak Hamzah Haz yang selama menjabat sebagai presiden dan wapres tahun 2001-2004 telah menjaga konstitusi, memimpin pemerintahan serta kehidupan berbangsa dan bernegara dengan baik."
Jasa, bakti, dan jerih-payah mereka kepada bangsa dan negara, menurutnya, akan dan telah tercatat abadi dalam lembaran sejarah bangsa Indonesia. "Saya akan senantiasa menjaga tali persaudaraan dengan Ibu Megawati dan Bapak Hamzah Haz, yang saya hormati sebagai tokoh-tokoh nasional. Kita semua perlu menjaga petuah Bung Karno bahwa di dalam persatuan kita berdiri, dalam perceraian kita runtuh," tuturnya.
Menurut SBY, bangsa ini telah berhasil melaksanakan pemilu secara maraton yang paling ambisius, rumit, dan paling kompleks di dunia. Tapi bangsa ini telah berhasil menuntaskannya dengan baik. Keberhasilan ini bukan saja menjadikan Indonesia melangkah sebagai negara demokrasi yang besar, tetapi juga menjadi teladan bagi komunitas demokrasi dunia.
Pemilu telah berhasil. Kini saatnya bagi bangsa ini untuk melangkah bersama menjemput masa depan. "Masa bersaing telah kita lalui. Kini masanya untuk bersatu. Masa berjanji dan berucap pun telah kita lalui. Kini masanya bertindak dan bekerja."
Meskipun suasana gembira saat itu diselimuti rasa optimistis yang besar, SBY mengingatkan, kita akan melampaui masa yang sulit dan menghadapi tantangan yang berat. Pertumbuhan ekonomi tahun ini yang masih jauh di bawah 7% belum cukup untuk memberikan lapangan kerja. Lebih dari 10 juta penduduk masih menganggur, 16% dari jumlah penduduk masih hidup di bawah kemiskinan.
Walaupun ada kecenderungan rasio utang terhadap PDB menurun, menurutnya, masalah utang masih menjadi beban besar yang melilit perekonomian. Situasi Aceh dan Papua masih resah. Poso dan Maluku sudah terkendali, namun belum sepenuhnya pulih. KKN masih menjadi persoalan sistemik. Situasi internasional masih tidak menentu. Harga minyak masih melambung jauh di atas asumsi APBN. Kejahatan transnasional masih menghantui. Karena itu, dia mengajak seluruh rakyat menghadapi tantangan itu.
SBY juga menjelaskan, hari ini (Kamis, 21/10) akan melantik kabinetnya. Setelah itu, mereka akan langsung menyingsingkan lengan baju untuk merumuskan dan menjalankan langkah awal kebijakan dan rencana aksi pemerintah.
Di bagian lain pidatonya, SBY mengatakan, walaupun kini sudah menjadi presiden, tidak berbeda dari anggota masyarakat lainnya. Dia juga lahir dari keluarga biasa. "Dengan mandat yang saya terima langsung dari Saudara-saudara, saya bertekad bukan saja untuk menjadi Presiden RI, tapi juga akan menjadi presiden seluruh rakyat Indonesia. Saya akan terus menjaga kontrak politik yang mulia dengan rakyat."
Dia juga berjanji mendedikasikan seluruh tenaga dan pikirannya untuk memajukan dan melindungi setiap insan Indonesia. Kepada anggota DPR dan DPD, SBY dan Kalla menyatakan tekad dan harapannya untuk dapat bekerja sama bagi kepentingan seluruh rakyat. Kepada jajaran pemerintah, terutama PNS, tentara, polisi, dan BUMN, dia mengajak menyongsong pemerintahan baru dengan semangat baru, dengan pengabdian yang makin meningkat untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
Kepada negara-negara sahabat, SBY menyampaikan uluran tangan persahabatan. Dia menegaskan, pemerintahan yang dipimpinnya akan tetap memegang teguh politik bebas aktif. Di tingkat internasional Indonesia akan menjadi suara nurani untuk memajukan perdamaian, meningkatkan kesejahteraan, dan menyuarakan keadilan.
Secara khusus, dia mengucapkan penghargaan kepada tamu-tamu negara dari negara sahabat, yakni PM Malaysia Abdullah Badawi, Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, PM Singapura Lee Hsien Liong, PM Australia John Howard, dan PM Timor Leste Mari Alkatiri yang memberikan kehormatan luar biasa dengan kehadiran mereka dalam acara pelantikannya dan Kalla di Gedung MPR. Dia juga menyampaikan terima kasihnya kepada pemimpin negara lain yang mengirim utasan khusus, seperti dari Belanda, Filipina, Korea, Jepang, dan Vietnam.
Kasus Soeharto
Sekitar 150 orang yang tergabung dalam Persatuan Rakyat untuk Perubahan Sejati menagih janji Presiden SBY untuk memberantas korupsi. Langkah konkret memberantas korupsi harus dimulai dengan membuka kembali kasus Soeharto, tanpa menunggu 100 hari masa pemerintahannya.
Tuntutan itu disampaikan Persatuan Rakyat untuk Perubahan Sejati saat demo di Istana Negara, Jl Veteran Jakarta, Rabu (20/10).
Juru bicara aksi itu, Lukman Hakim, menyatakan bahwa demo itu digelar untuk menagih perubahan yang dijanjikan SBY. Perubahan itu, menurutnya, harus mencakup 4 aspek, yakni pemerintahan bersih, pemerintahan demokratis, ekonomi kerakyatan, dan kemerdekaan sejati. "Tindakan konkret pemerintan bersih adalah mengadili dan menangkap para koruptor. Lebih konkret lagi bila membuka kembali kasus Soeharto, dan tidak usah menunggu 100 hari," kata Lukman.
Pelantikan SBY Berjalan Singkat
Sementara itu, sidang paripurna MPR dengan acara tunggal pelantikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wapres Muhammad Jusuf Kalla, Rabu (20/10), berlangsung singkat. Acara yang dihadiri 621 anggota MPR tersebut dimulai pukul 10.00 WIB, dan berlangsung sekitar satu jam.
Sebagaimana sudah ditegaskan kalangan elite PDI-P, Megawati Soekarnoputri tidak hadir dalam acara tersebut. Suaminya, Taufik Kiemas, yang kini kembali duduk sebagai anggota DPR/MPR, tampak hadir bersama-sama dengan para anggota F-PDI-P lainnya. Hamzah Haz juga tidak hadir .
Sesuai dengan rencana jadwal yang telah disepakati, Presiden tidak memberikan sambutan di depan sidang paripurna. Sambutan hanya disampaikan pimpinan sidang, yakni Ketua MPR Hidayat Nurwahid. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres mengucapkan sumpah secara bergantian yang disaksikan para anggota Majelis dan tamu undangan lainnya.
Menurut Wahid, pengucapan sumpah/janji Presiden dan Wapres pada bulan Ramadan yang penuh berkah diharapkan menjadi titik awal yang baik untuk melakukan dan memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara dengan membuktikan secara nyata janji-janji yang pernah diucapkannya.
Ketua MPR mengingatkan kepada Presiden dan Wakil Presiden bahwa keduanya telah memenangkan hati dan amanat sebagian besar rakyat Indonesia. ''Hal ini menunjukkan mereka menaruh harapan yang demikian besar di atas pundak Saudara untuk membawa mereka kepada kehidupan yang lebih baik selama lima tahun ke depan,'' kata Hidayat Nurwahid..(A20,dtc,nas,bn-87,69t)
Kamis, 22 Oktober 2009
di
08.00
|
Diposting oleh
udik666
0 komentar:
Posting Komentar